freepik
blog

Beat The Bullies: The Bullies, Bullied and Bystanders

Public Message & Cyberbullying Awareness

Artikel-artikel di Beat the Bullies series ini tidak hanya sebagai ‘PUBLIC MESSAGE’ ke gerombolan @joMinangg, tapi juga dalam rangka untuk meningkatkan Cyberbullying Awareness di masyarakat kita.

Di Singapura, angka Cyberbullying juga meningkat karena society yang sangat terikat dengan gadget dan internet. Namun, kasus Cyberbullying di Singapura lebih banyak terjadi pada remaja di bawah 18 tahun, yang status mereka masih lemah di mata hukum karena dianggap belum dewasa.

Yang membuat saya mengalami reverse culture shock, ternyata di Indonesia, pelaku cyberbullying juga banyak orang dewasa bahkan bisa dikatakan sudah memasuki setengah abad. Di atas 50 tahun. Wadduh!!

Saya sempat shock mendapati pria yang bisa dikatakan sudah memasuki usia yang bijaksana, masih bertingkah seperti remaja yang suka ikut-ikutan ngebully netizen yang dia tidak kenal. That’s true, age is just a number! Maybe my Gen Z followers are more mature than them and don’t want to get involved in cyberbullying, they support me through DMs. I appreciate it.

Cyberbullying dan cyberstalking dianggap hal yang nomal di mata netizen Indonesia. Netizen menganggap tindakan trolling, slandering, name-calling di internet hal yang wajar. Salah satu gerombolan @joMinangg malah seenaknya berkomentar; Kita tidak bisa mengontrol jemari netizen blah blah blah!!

Wow, mungkin kamu harus perbanyak melihat dunia luar, jangan seperti katak dalam tempurung. Di negara maju seperti Singapura, Inggris, Jepang dan Amerika Serikat pelaku cyberbullying bisa berakhir di penjara. Apalagi kalau pelaku berusia dewasa, hukuman bisa jauh lebih berat.

The Bullies

Jominangg dan gerombolannya sering mengejek dan memfitnah kalau saya yang cyberstalking mereka!! Oh no, mungkin anda-anda ini sudah kehilangan akal sehat atau terlalu PEDE. Atau anda & gerombolan tidak bisa membedakan antara STALKING Vs. INVESTIGATION.

Yang saya lakukan investigasi, ketika menyadari kalau saya sedang distalking oleh gerombolan anda, tak ada asap kalau tidak ada api. How pathetic. 

Saya punya bukti yang kuat lho, saya sudah distalking gerombolan @joMinangg sejak bulan april. Tidak hanya distalking tapi juga mengalami online harassment.

Coba baca salah satu cuitan akun ternakmu wahai gerombolan @joMinangg, Saya tidak pernah kenal anda semua, tapi salah satu akun ternak gerombolan anda sampai seolah-olah tau seluk beluk kehidupan saya, berapa lama saya di Singapura, apakah saya masih single, menghina saya dengan sebutan PERAWAN TUA, dari pilihan kalimat akun ternak anda-anda, sukses mempermalukan gerombolan anda sendiri sebagai SDM rendah. UDIK. BARBAR. 

Masih ingat tweet-tweet dibawah ini ?? Kalau saya bawa bukti-bukti ini ke Pengadilan, apa yang bisa anda bela??!! Who is who stalking??!!

FIG 1 Online Harassment – Gerombolan Jominang

I am the victim here; you guys are the fucking harassers. And I’m not interested in your tweets, we’re different leagues.

Saya tidak tertarik dengan topik Jominangg & the gang yang penuh dengan energi negative. Akun twitter saya untuk professional, saya menggeluti dunia digital dan internet, I deal with local and foreign clients yang saya dapati dari social media, khususnya TWITTER. Sialannya, I was dragged through the mud by JoMinang and gang.

Don’t ever touch my name. Akun Twitter saya bukan untuk huru hara seperti gerombolan anda yang hanya julid, twitwar membahas Minang, Pagaruyung, Sumbar, Majapahit, Jawa dan perdukunan. Saya tidak terlalu tertarik dengan topik-topik semacam itu. Why do I have to stalk you? 

Saya bukan satu-satunya korban dari pembulian gerombolan JoMinangg, – beberapa netizen yang sering & pernah anda bully memberi dukungan ke saya. Memberikan banyak informasi ke saya tentang dengan siapa saya berseteru. Mereka memberi info ke saya ketika gerombolan busuk anda sedang mempermalukan saya, membagikan jejak digital bahkan dari akun yang digembok pun. 

Jadi, si  pengecut @ivorydes dengan akun gembok seenaknya stalking & membully banyak dari tweet saya, tentunya saya BERHAK untuk mencari tau siapa coward netizen yang sedang melakukan online harassment ke saya! Yakin anda punya IQ yang melebihi Lumba-Lumba? Saya punya hak membela diri saya sendiri, dan saya tidak pengecut seperti @ivorydes. Hanya berani di kandang sendiri lalu puas mengejek tweet-tweet saya. Tidak tau malu.

Saya akan hargai kalau mbak Des mau berdialog dengan saya secara terbuka. Saya hanya heran, salah saya sama mbak Des Ivory apa? Karna saya tidak pernah kenal kamu, tidak pernah nyenggol akun twitter kamu sama sekali.

Jadi gerombolan anda maunya apa?? Anda membully & stalking saya, lalu saya diam aja gitu nangis tersedu-sedu dipojokan?? No fucking way ha ha.

Gerombolan JoMinangg ini seperti peribahasa Minang: Terhimpit hendak di atas, terkurung hendak di luar. Kalau gerombolan dia yang ngerecokin kehidupan orang lain dianggap benar, tapi kalau orang lain melakukan serangan balik karena dikeroyok oleh mereka, dan mereka merasa jadi korban. T.O.L.O.L

FIG 2 Cyberstalking – @ivorydes

Cyberstalker

Bagaimana dengan screenshot di atas. Jelas sekarang siapa yang stalking? Hidup si @Ivorydes dan @JoMinangg mungkin sangat membosankan, tiada hari tanpa ngejulidin tweet netizen. Akibat udik, tidak tau kegunaan Twitter, Duo Udik ini menggunakan Twitter seperti di dunia offline, buat Julid dan stalking orang lain. Anda mungkin NOOB, Jejak digital anda bisa menjadi evidence di sini.

Pembully seperti Dessi Ivory, Adef Surya, Rocky Harbes, Jominangg dan teman-temannya yang menganggap their nasty behavior is normal, malah menuduh orang yang dibully kurang interaksi dengan manusia adalah kumpulan manusia TANPA EMPATI. Sudah IQ rendah, EQ pun tidak punya. You guys are such a disgrace to human race.

Bullied

Si pembully dungu Gerombolan Minang mikir tidak efek kelakukan kalian yang udik dan kampungan itu bisa berbuntut panjang ke orang yang kamu bully. Oh saya yakin otak anda yang tumpul tidak akan sampai mikir jauh. 

Contoh; beberapa waktu yang lalu saya ke Padang, dikenalkan oleh sepupu saya ke teman-temannya. Akibat dari kelakuan gerombolan udik bejat seperti gerombolan Jominangg, saya jadi berpikir panjang untuk mengenalkan diri dengan nama asli saya. 

Kenapa???  Bagaimana kalau salah satu teman-teman sepupu saya adalah follower anda atau malah bagian dari gerombolan bangsat anda sendiri!! Gerombolan manusia IQ jongkok, dan udik ketika dikasih gadget bertingkah seperti manusia kampungan. Sel-sel kelabu di otak gerombolan JoMinang tidak berfungsi semestinya.

Oh ya, just a little surprise, salah satu dari kalian ternyata teman dari teman saya. Wow, what a small world.

Dan ternyata, saya bukan satu-satunya korban yang gerombolan anda bully. Beberapa netizen lain pun menjadi korban. 

FIG 3 Online Harassment

Clap. Clap. Clap.

Adef Surya, Doni, Kumbang Tanduak and the gang. Apa tidak malu sama anak-anak kalian?? Sudah jadi bapak-bapak dan emak-emak masih suka ngebully random stranger di Internet. Shame on you, si Petrux saja tidak kenal dengan gerombolan anda ini, malah anda-anda ini yang follow akun Bung Petrux, mengomentari postingan beliau. 

Hidup kalian tidak menarik atau low quality kah?? 

Hai Saudara Petrux, terimakasih sudah sharing pengalaman cyberbullying kamu dan membagikan screenshot ini. Asal kamu tau, perbuatan mereka melanggar hukum. Mem-photoshop foto kamu dan menjadikan bahan olok-olokan di Internet, merupakan kejahatan siber: Cyberbullying. Kamu bisa membuat laporan ke pihak berwajib. 

Bystanders

Apa reaksimu kalau teman kamu sendiri merupakan pembully. Di kasus gerombolan Minang, hampir semua anggota mereka bermoral rendah yang merasa kelakuan mereka hal yang wajar.

Tapi, misalnya kamu menyaksikan teman kamu itu pembully, jangan segan-segan untuk menegur. Katakan kalau this is not OK. You are so low, put yourself in someone else’s shoes. Pembully biasanya manusia narsis yang lack of empathy. The worst thing is that they don’t have moral conscience.

Atau kalau kamu mungkin tidak punya keberanian, hanya menjadi bystander, lebih baik menjauh daripada ikut-ikutan menjadi pembully. 

But remember, “If you are neutral in situations of injustice, you have chosen the side of the oppressor.”

Sederhananya, kamu juga seorang pembully or just plain coward.

How to Deal with the Bullies?

Kalimat tanpa kualitas dari salah satu gerombolan JoMinangg tentang cara menghadapi pelecehan online: Kita tidak bisa mengontrol jemari netizen.


Opsi lokir?? Bahkan Elon berencana meniadakan Block Feature karena tidak efektif. Blokir di Twitter, puluhan akun ternaknya pun lahir. Report?? UU ITE. eit, saya termasuk netizen yang menghindari UU ITE yang cukup problematik. Tapi, Body Shaming dan Cyberbullying merupakan tindakan kriminal di hukum Indonesia.

Logika saudara Iron, malah menyalahkan victim dari cyberbullying sama aja dengan menyalahkan korban pelecehan seksual/perkosaan. Kita tidak bisa mengontrol mata orang, nafsu orang di muka bumi ini, salah korban kenapa blah blah blah blah!!

Oi, Iyon. Paham tidak?? Bukan korban yang salah. Tapi teman-teman kamu yang udik yang jelas salah. Gerombolan kamu  itu Low Digital Literacy.

Guys, how to deal with the bullies? You HAVE TO FIGHT with the bullies. Beat the Bullies. You need to stand up for yourself, you need to learn to hit back and give them a lesson they will never forget. Otherwise, they will keep bullying you, or other victims. We have to end their toxic behaviors.

Hal yang pertama dilakukan, RELAX. Take a deep breath.

Awal-awal, saya mencoba untuk tenang, mundur dari dunia X/Twiitter untuk beberapa hari. Dan ketika saya lihat saya masih dijadikan bahan olok-olokan mereka, although I’ve held back my anger and observed then in the distance, I capture and screenshot their derogatory remarks, keep a file, keep records and we’ve got the evidence!!

Low Digital Literacy

Digital Literacy tidak hanya mengenai kamu bisa bikin lusinan akun ternak di Twitter wahai gerombolan JoMinangg.

  • Digital Literacy adalah ketika netizen sanggup menggunakan internet in a mature way.
  • Digital Literacy adalah ketika netizen awares of the right-wrong things on the web, or Conscience.

Sebagai orang Indonesia yang cukup familiar dengan behavior netizen Singapura dan Indonesia, saya tidak kaget kalau menurut Microsoft, netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Pasifik. Apalagi setelah mengenal gerombolan Jominangg, tiada lagi keraguan atas survey yang dilakukan Microsoft. Therefore, I blog. Karena saya ingin meningkatkan Cyberbullying Awareness. Memberi edukasi tentang Digital Literacy. Kita berharap, untuk kedepannya, netizen Indonesia menjadi jauh lebih beradab.

Padahal, sebelum Internet, bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang ramah, welcome, dan sopan. Tapi kenapa di dunia maya berubah menjadi barbar dan udik?? Seperti gerombolan JoMinangg??

Yang paling sopan, di Asia Tenggara jatuh ke Singapura. Yes, I agreed. Saya tidak pernah mengalami online harassment ketika dealing with netizen in S’pore. Sementara, yang paling sopan di dunia adalah Belanda. It makes sense. Belanda negara paling liberal di dunia yang you are entitled to your own opinion, hal yang tidak mungkin terjadi di Indonesia. Apalagi dengan gerombolan Jominangg.

netizen indonesia paling tidak sopan
Source: https://twitter.com/perupadata/status/1365922087794221060/photo/1

Artikel menarik:

Why digital literacy matters for Indonesia – Policy Forum

Benarkah Netizen Indonesia Paling Tak Sopan se-Asia? | Indonesia Baik

Indeks Keberadaban Digital: Indonesia Terburuk se-Asia Tenggara (voaindonesia.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.