blog

Beat the Bullies: Cyberbullying & Cyberstalking

Cyberbullying & Cyberstalking

Pernahkan kamu menjadi korban perundungan baik offline atau online? Perundungan atau pembulian bisa terjadi ke siapa dan di mana saja. Apakah itu di sekolah, pekerjaan, lingkungan tempat tinggal atau bahkan di dunia maya. 

Tapi kebanyakan dari kita, kadang agak terlambat atau tidak sadar kalau sebetulnya kita sedang menjadi korban cyberbully. Mungkin karena kita tidak berinteraksi dengan wajah melainkan melalui teks, atau mungkin kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang Cyberbullying. 

Keributan dan konflik di internet kadang sulit dihindarkan, khususnya Twiter, trending biasanya memakan waktu 2 hari atau paling lama seminggu. Setelah itu kita akan move on. Jujur saja, kadang kita pernah kesal ke netizen X yang mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan polemik, dan kita menuding, berkomentar secara mob. Dan setelah itu we skip, forget, continue our life, tanpa dendam yang berlarut-larut ke netizen X tersebut.

Nah, apa jadinya kalau netizen X itu masih diserang dengan kelompok yang sama secara berulang-ulang dalam waktu yang cukup panjang? Ini yang dinamakan Cyberbully. 

Di banyak negara maju, Cyberbullying merupakan tindakan pidana dan pelaku bisa dihukum penjara, because cyberbullying could ruin someone’s life, affect physical and mental health, and the worse result is suicidal thoughts or complete suicide.

I’ve been getting cyberbullied for about 4 months now. To be at peace, if it will make it any better, I want to speak out. I want to share my stories about how I got involved in this situation. Cyberbullying is not only happening in adolescents, but it’s happening in adults too.

Kronologis Terjerat dengan Pelaku Perundungan

Berawal di bulan maret 2023, saya berkomentar di salah satu twit yang tiba-tiba ada beberapa kelompok yang sangat barbar dalam berdiskusi menyerang tweet saya. Saya menerima online harassment secara bertubi-tubi, pelaku men-QRT tweet saya dengan nada kasar, menertawakan saya dengan tujuan followernya yang berjumlah 3000an akan turut membully saya. Yang menakjubkan, beberapa menit kemudian account dari netizen yang menyerang saya dengan abusive tweets di suspend. Instant Karma.

katuralisme
Katuralisme Suspended Account

Tapi sayangnya, ini malah sebuah awal yang buruk. Ibarat amuba, ternyata mereka membelah diri, jumlah mereka bertambah dan saya mendapati diri sedang dikepung kelompok manusia yang tidak tahu bagaimana cara berdikusi yang beradab. Saya dicaci-maki, dihina, berbagai macam kata-kata vulgar saya terima dalam waktu yang singkat. Saya memblokir salah satu akun bernama @jominangg dengan nama fiktif Robert Davis Chaniago. Alasan saya blokir karena it’s not worth my time debating with anonymous account on Twitter.

Seminggu kemudian saya berkomentar di salah satu thread dari netizen di twitter yang saya dan dia sudah saling follow sejak hampir 10 tahun, @ubegebe1 tentang Sumbar Failed Province. Entah kenapa, padahal komentar saya bernada netral tapi malah saya menerima abusive tweets bertubi-tubi lagi. Apakah mereka kurang bisa memahami tweet saya atau lemahnya nalar dalam membaca?

Dan saya mulai sadar kalau mereka yang menyerang saya, kelompok yang sama dengan penyerang insiden pertama. Malah sekarang jumlah mereka berkali-lipat. Saya tiba-tiba difollow oleh beberapa dari mereka, LinkedIn saya pun mereka intip. 

Sebelum insiden yang pertama, saya tidak pernah sadar kalau kumpulan netizen seperti ini ada di Twitter. Sepanjang sejarah di Twitter sejak 2008, saya hampir tidak pernah bertemu these uncivilized human beings. Tragis sih, saya kecewa – karena netizen barbar ini sebagian besar berasal dari provinsi yang sama dengan saya. Belakangan saya baru tahu kalau mereka gerombolan Minang di Perantauan (Jawa), dan menjadi bagian dari MPJ atau Minang Pemilih Jokowi. Yang dikenal dengan golongan 13%. Kalah telak di provinsi Sumbar, well, saya tidak tertarik dengan politik. Kalau kebencian mereka ke saya karna politik, anda salah alamat. Saya sudah lama menjadi apolitics.

Beberapa minggu kemudian, ketika saya sedang berkomentar di tweet @sociotalker, tiba-tiba saya diserang dengan kata-kata yang sudah hampir 20 tahun tidak pernah saya dengar, Seperti istilah perawan tua, kamu istri si Prof, mantan pacar Prof ya, kenapa membela si Prof.

Saya kaget, kenapa kualitas tweet mereka seperti anak kelas 1 SMP yang menjodoh-jodohkan antara A & B. Sudah lebih dua dekade saya tidak pernah mendengar statement tolol begini. Belakangan pula saya mulai sadar, kalau MPJ ini sangat membenci Prof Sulfikar, warga Indonesia di Singapura yang berprofesi sebagai Professor di Universitas TOP 20 di dunia, NTU. Atau beliau lebih dikenal Sociotalker. Karna mereka menganggap saya di pihak si Prof, saya pun ikut dibenci dan dibully selama berbulan-bulan.

Padahal, kalau mereka CERDAS yang sayangnya mereka tidak pula cerdas, tweet saya tidak murni membela Prof tapi mengoreksi pendapat mereka tentang Singapura yang salah kaprah, yang kebetulan saya setuju dengan pendapat si Prof saat itu, tentang Singapura.

My Twitter life is not the same again since I crossed paths with them. I’ve come to realize that I’ve been stalked or monitored by them. They drag my name into their conversation on Twitter without my consent, relentless online insults, and derogatory remarks to my character, for example, name-calling, and humiliated my tweets, treated me like garbage.

Fig 1. Online Harassment

jominangg ivory des ade febrian surya
name calling – harassment.

Fig 2. Online Harassment

rocky harbes bodyshaming

 

Yang cukup creepy, akun anonim @jominangg sangat terobsesi dengan hampir setiap tweet saya. Banyak dari tweet saya yang dikomentari ulang di akunnya, tentunya dengan nada sinis, passive aggressive behavior or negativistic tweets about me.

 

Cyberbullying

Cyberbullying includes sending, posting, or sharing negative, harmful, false, or mean content about someone else, causing embarrassment or humiliation.

Saya bukan teman mereka, dan juga tidak akan sudi berteman dengan kumpulan manusia rendah tanpa akhlakyang membully random stranger di internet. Mereka mengira percakapan mereka LUCU. Oh maaf, selera humor gerombolan anda sangat BURUK & UDIK.

Ada beberapa criminal offenses yang kumpulan udik ini lakukan: Cyberbullying, Online Harassment & Body Shaming. Saya terjemahkan ke bahasa Indonesia percakapan mereka yang mempermalukan saya di Twitter.

Konteks: mereka sedang mengomentari salah satu tweet dari teman mereka yang sedang nonton di bioskop.

@Jominangg: Baba sama siapa?? Sama Uni Rahma atau Shalimar
(mereka mengolok-ngolok dan menjodohkan saya dengan temannya)
Ade Surya @Adefs97: Uni Rahma. Uni Salimar itu @sutanBatuah__
@Jominangg: Uda Def gak cemburu kalau baba nonton sama uni Rahma
ADE SURYA @adefs97: Body karung beras bulog gitu, ngapain mau cemburu??
Des Ivory @Ivorydes: Ustaad, liat ustaad.. ada yang body-shining
(Nada mengejek, menyindir tweet saya ketika salah satu akun ternak mereka mengkonfrontasi saya dengan menghina saya gendut)
ADE SURYA @adefs97: Fakta kok, body baba dan uni rahma seperti bodi karung beras bulog
Des Ivory @ivorydes:  *Tertawa meledek, menjadi bagian dari pelaku perundungan*

Tweet Adef Surya yang melecehkan saya dengan body shaming content telah dihapus oleh @adefs97 ketika saya memberikan gentle reminder ke salah satu tweet temannya tentang pasal 310 KUHP. Untungnya, sebagian besar dari evidence sudah saya dokumentasikan.

Fig 3. Online Harassment

Online Harassment Jominangg

Online Harassment Adef Surya

Online Harassment Ivory Des

Cyberstalking

Cyberstalking is a form of online harassment in which the perpetrator uses electronic communications to stalk a victim.  Cyberstalkers may send repeated messages intended to threaten or harass, and they may encourage others to do the same, either explicitly or by impersonating their victim and asking others to contact them.

Salah satu stalker yang saya dapati sangat Creepy & Toxic yang juga bagian dari anggota mereka membuat akun twitter baru yang menyerupai akun saya, hanya mengubah satu huruf dari ‘S’ ke ‘K’ yang membuat artinya menjadi sangat provokatif. @heymuKAFIR. 

Akun @heymuKAFIR ini hanya menfollow saya dan diawal semua tweetnya hanya ditujukan ke saya, harassing me.

Fig 4. Creepy stalker

Dessi Ivory, – satu-satunya wanita yang saya tau membully dan menjadikan saya target kebencian di akun twitternya yang digembok. Saya tidak mengerti kenapa wanita ini sangat benci ke saya dengan hurtful comments-nya. @Ivorydes tidak pernah bosan mengomentari tweet-tweet saya dan mengejek atau sekedar julid, malah dengan reading comprehension @ivorydes yang sangat buruk, memfitnah tweet saya seperti yang dia tafsir sendiri. Tentunya hal ini tidak adil dan merugikan saya!!

Ivory Des menuduh saya merendahkan profesi penjual Martabak, padahal tidak ada satu pun kalimat saya yang merendahkan tukang martabak. Malah saya menanyakan apakah bikin Martabak dengan mentega Wijsman yang terkenal itu. Saya heran dengan orang asing yang julid ke orang yang tidak mereka kenal in person, seolah-olah mereka tahu bagaimana kehidupan orang yang mereka julidin tersebut. Apa saya harus membuat autobiography saya, limited edition buat my stalkers – kamu tidak tau kalau saya juga pernah bekerja jadi waitress, baker dan dishwasher.  🤦‍♀️

Cyberstalking Des Ivory

 

Akun anonim @JoMinangg

Saya punya dugaan yang kuat siapa dibalik akun pengecut anonim ini. Mereka pernah panik dan claiming kalau akun @JoMinangg punya beberapa admin. You know what??!! I DON’T BUY IT!! , yah, tentunya setelah banyak yang curiga dibalik akun anonim tersebut, gerombolan mereka saling melindungi untuk menjadi admin.

Mari kita tunggu apakah hasil studi kasus dari bu dosen pada topik Matrilinial yang Patriarkis ini, @JoMinangg tidak tertarik mengenalkan identitas aslinya? Tidak valid dong, sebuah studi kasus ilmiah, tapi sumbernya anonim.  Apa tidak ada verified credential?

This is the beginning.

Apakah ego @JoMinangg terluka karena saya memblokir akun dia sejak hari pertama. Kenapa?? Karena dia men-twisted tweet saya yang kemudian membuat asumsi sendiri, yang belakangan saya paham ini tipikal dari karakter JoMinangg atau mungkin beliau punya masalah dengan memahami tweet pendek. Saya tidak berstatement seperti yang dia maksud. Salah Paham.

Penggalan kalimat JoMinangg yang memicu saya untuk memblokir akun twitternya seperti ini: Kalau punya bacot tanggung jawab!!

Obviously, berdebat dengan manusia seperti ini hanya mubazir waktu.

Everyone is entitled to their own opinion or just let’s agree to disagree.

Since March 17, 2023, I’ve been targeted harassment; name calling, body shaming, insults or mockery by @JoMinangg and gang.

4 Comments

  • Lizza A

    WOW,
    I’m sorry to hear you’ve been cyberbullying, Rahma.
    I get so emotional to read your stories, let your voice be heard.

    For the cowards, if you don’t have anything useful or nice to say to each other then Shut it!

    • themusafir

      Thank you Liz.
      Gak nyangka aja ketemu gerombolan seperti ini di internet. Orang udik dikasih gadget & twitter begini jadinya. Gw baru agak nyadar, kayanya behavior begini di Indo wajar. Karena mereka bukannya say sorry atau apalah, malah semakin menjadi2. Apalagi si cewek, padahal ya, kalau lo tau salah, julidin random stranger berbulan2, mending lo minta maaf. Mungkin gw consider buat mediasi. Kita bisa dialog secara terbuka, secara baik2. Eh ini kayak anak SMP. Malah semakin gak punya empati kayak gak ngerasa bersalah. Kan jelas dia salah. Gw nggak ngapa2in, eh kok dihumiliated gitu. Mereka iya, make Internet, dunia cyber buat ribut2, ngejulid. Internet dan digital world pekerjaan gw. Gw punya clients dan sebagainya, seenaknya merusak reputasi orang.

      Saying, netizen Indo kata Microsoft sangat Low Digital Literacy. Mereka gak tau, kalau di negara maju, tindakan mereka ini udah termasuk cyber crime. Mereka malah bilang, gue yg stalking mereka … Oii… gw kagak tertarik sama kehidupan lo. Gerombolan elo yg gak bosen2 ngegosipin gw sejak bulan Maret.

  • Irvan

    Norak plus kampungan kelompok yang ngebully kamu mba. Saya suka cara mba membalas bully mereka. Ketika kita tahu sedang di cyberbully.. Cepat screenshot cuitan mereka sebagai evidence. Biarkan pembaca tau bagaimana mereka. Kalau mba ngebela diri di Twitter, yang baca palingan mereka juga yang isi kepala sama, yang sama-sama tukang bully juga. Kita sendiri yang stress dan hilangnya produktifitas hanya buat ngeladenin internet trolls

    Ditunggu artikel selanjutnya ya mba, saya follow mba di Twitter. Akun gembok.

    • themusafir

      Betul, gak ada gunanya twitwar sama mereka. Mubazir waktu, dan mereka main keroyokan, sedangkan temen2 saya bukan tipe yg mau twitwar dan ngebully orang apalagi random strangers. Circles saya lebih dewasa dalam berinternet, mereka di twitter buat networking dan kerja, sedangkan gerombolan ini buat huru hara, ngomong kasar, maki2.. orang udik dikasih gadget & twitter jadi begini.

      Mendingan dibalas dengan tulisan, motivasi saya menulis artikel2 untuk cyberbullying awareness juga sih. Kalau di SG, tindakan mereka ini udah bisa kena pidana.

      Terimakasih supportnya dan baca, feel free to DM me , or will follow u back

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.